Putri Cempa - Sentenketsu

Sentenketsu

Website review seputar info anime dan game serta novel ringan

Breaking

Monday, February 25, 2019

Putri Cempa

Gambar sampul hanya pemanis, meski sebenarnya orangnya pahit

Cerita Rakyat dari Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang

Siapa, mengapa, bagaimana, Putri Cempa yang makamnya terdapat di desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rmbang itu menjadi tokoh cerita rakyat yang menarik di wilayah Kecamatan Lasem? Apakah karena makamnya berada di sisi utara tempat persujudan Sunan Bonang itu kemudian nama PUTRI CEMPA ikut terkatrol menjadi sebuah ceritera tersendiri yang sangat menarik? Untuk memperoleh jawaban yang sesungguhnya, ikuti uraian cerita berikut ini.

Pada masa abad ke-15, kerajaan Majapahit tengah diperintah oleh seorang raja bernama Brawijaya V. Pada saat itu, Sang Prabu Brawijaya V mempunyai banyak istri selir yang tersebar di berbagai tempat. Salah satu diantaranya ialah seorang putri bernama Endarwati dari negeri CEMPA.

Pada perjalanan hidup Putri Cempa berikutnya, sebagai seorang istri selir sang raja, harinya senang-senang susah. Senangnya, segala kebutuhan hidup secara materi akan terpenuhi. Pendek kata, dalam kehidupannya sehari-hari tidak akan pernah kekurangan sandhang atau pangan sedikitpun. Adapun susahnya, yang namanya istri selir hidupnya tidak akan lebih dari seorang piaraan. Dan yang lebih konyolnya lagi, setelah ia berbadan dua, oleh Sang Prabu Brawijaya V ia diberikan kepada seorang bupati bernama ARYA DAMAR yang tinggal di Palembang untuk dijadikan istrinya.

Bagi Sang Putri Cempa alias Endarwati, kedudukannya yang semula sebagai istri selir Sang Prabu Brawijaya V berubah menjadi istri Bupati Arya Damar di Palembang, baginya tidak dipermasalahnkan. Bahkan kini Endarwati semakin menunjukkan ketaatannya sebagai istri seorang Bupati. Dan setelah kandungannya genap sembilan bulan, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Raden Hasan.

Setelah menjelang remaja, Raden Hasan pergi ke Surabaya untuk berguru pengetahuan agama Islam kepada para wali di Pulau Jawa. Raden Hasa juga pernah berkunjung ke kerajaan Majapahit yang pada masa itu sudah diambang kehancuran. Pada perkembangan berikutnya, Raden Hasan mendirikan tempat penyebaran agama Islam di desa Glagah Wangi yang terletak di sebelah timur kota Semarang. Makin hari tempat penyebaran agama Islam yang dibangun oleh Raden Hasan itu makin berkembang dengan pesatnya. Bahkan tempat penyebaran agama Islam di Glagah Wangi itu oleh Raden Hasan kemudian diubah menjadi sebuah kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa, dengan sebutan kerajaan Islam Demak Bintara. Raden Hasan sendiri yang bertindak sebagai seorang Raja dengan gelar Raden Patah.

Setelah Raden Hasan berhasil menjadi seorang Raja dengan gelar Raden Patah, berita itu terdengar oleh ibu kandungnya yang bernama Endarwati alias Putri Cempa. Ibu kandungnya segera menyusul ke ranah Jawa dengan harapan dapat bertemu dengan anak kandungnya yang telah menjadi seorang Raja. Sesampainya di tanah Jawa, ia bertemu dengan para Wali. Dan oleh para Wali, si Putri Cempa atau Endarwati ini diminta untuk mempelajari agama Islam. Akhirnya Putri Cempa menetap di desa Bonang untuk berguru tentang agama Islam dengan Sunan Bonang.

Meski sudah berusia tua, tekat Putri Cempa untuk mempelajari ilmu agama Islam dapat dicontoh danditeladani. Dengan semangat tinggi, siang dan malam Putri Cempa selalu menjadi murid yang baik bagi Sunan Bonang. Terbukti hingga akhir hayatnya Putri Cempa tetap berguru agama Islam dan menetap di desan Bonang. Sebagai kenangan sejarah hidupnya, bahwa ia adalah seorang murid yang patuh dan taat pada gurunya, setelah meninggal dunia jasadnya dikebumikan di dekat tempat pasujudan Sang Guru. Hingga kini makam Putri Cempa alias Endarwati masih dapat kita lihat. Terletak di sebelah utara, kira-kira 15 meter dari tempat pasujudan Sunan Bonang di desa Bonang, Kecamata Lasem Kabupaten Rembang.

Tentang makam Putri Cempa yang terletak di sebelah utara pasujudan Sunan Bonang ini, ada dua pendapat yang saling bertentangan. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam Putri Cempa istri Badranala, Adipati Lasem bernama Bie Nang Tie yang memang berasal dari negeri Cempa. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa makam itu adalah makam Putri Cempa istri selir Brawijaya V yang tak lain adalah ibu kandung Raden Hasan alias Raden Patah Sultan Demak yang pertama.

Adapun keberadaan makam Putri Cempa yang terletak di desa Bonang, tepatnya diatas bukit Bonang itu, hingga kini masih terawat rapi. Bahkan setiap hari banyak para peziarah yang datang kesana dengan berbagai kepentingan dan tujuan tertentu. Sedangkan keunikan yang terdapat dalam makam Putri Cempa hingga menarik perhatian peziarah, di dalam bangunan makam itu terdapat batu yang seolah-olah bekas pahatan telapak kaki dan tangan manusia. Menurut cerita yang tetap berkembang hingga sekarang, batu itu dahulu menjadi tempat bersujud bagi Sunan Bonang dalam menunaikan hajatnya bersujud kepada Tuhan Yang Makakuasa. Itulah ceritera tentang PUTRI CEMPA yang hingga kini masih tetap menjadi cerita hangat bagi masyarakat wilayah Kecamatan Lasem dan sekitarnya yang kita yakini kebenarannya. (Kus YS)


Dongeng Rakyat, Cerita Rakyat, Rembang, Kabupaten Rembang, Kebudayaan, Budaya Rembang, Cerita Rakyat Kabupaten Rembang.

No comments:

Post a Comment