Kalau ketemu orang ini, tolong pukul saja |
Cerita Rakyat dari Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang
Siapa Yuyu Rumpung itu ? Menurut ceritera dari mulut ke mulut yang terjadi di wilayah Kecamatan Kaliori kabupaten Rembang, Yuyu Rumpung adalah seorang Wedana Maguan. Wilayahnya meliputi kademangan Meteseh, Tlogamojo dan sekitarnya. Meski Yuyu Rumpung hanyalah seorang yang jelek rupa, tetapi karena kesaktiannya, ia diangkat menjadi Wedana oleh Adipati Parang Garuda.
Pada suatu hari Yuyu Rumpung menghadap sang Adipati Parang Garuda di pendapa kabupaten. Tujuannya meminta izin kepada Sang Adipati agar tanah perdikan Jambangan yang dikuasai oleh Demang Kudasewengi dapat dimasukkan kedalam wilayah kawedanan Maguan. Temyata setelah menghadap kepada Sang Adipati Parang Garuda, maksud tersebut disetujui oleh Sang Adipati. Maka keesokan harinya Yuyu Rumpung segera datang ke Jambangan dan bertemu dengan Demang Kudasewengi. Maksud untuk meminta tanah perdikan Jambangan pun, disampaikan kepada Demang Kudasewengi.
Begitu mendengar ucapan Yuyu Rumpung, bahwa tanah perdikan Jambangan akan diminta oleh Yuyu Rumpung untuk dijadikan menjadi wilayah kawedanan Maguan, seketika itu juga Demang Kudasewengi menolak mentah-mentah. Setelah menerima penolakan secara terang-terangan itu, Wedana Yuyu Rumpung merasa terhina. Akhirnya terjadilan peperangan sengit antara Wedana Yuyu Rumpung dan Demang Kudasewengi. Dan dalam peperangan itu Yuyu Rumpung mengalami kekalahan. Adapun sebab kekalahan Yuyu Rumpung disebabkan karena Demang Kudasewengi memiliki pusaka ampuh yang disebut ”rambut pinutung".
Begitu menerima kekalahan dari Demang Kudasewengi, Wedana Yuyu Rumpung tidak tinggal diam. Ia segera meminta tolong kepada Sondong Majeruk untuk mencuri pusaka rambut pinutung yang dimiliki oleh Demang Kudasewengi. Atas permintaan dari Wedana Yuyu Rumpung itu, Sondong Majeruk tidak keberatan.
Karena Sondong Majeruk memang seorang yang terkenal sebagai pencuri ulung, dalam waktu tidak terlalu lama, pusaka rambut pinutung milik Kudasewengi sudah berhasil dicurinya. Untuk selanjutnya Sondong Majeruk akan segera menyerahkannya kepada Wedana Yuyu Rumpung.
Sementara itu, karena Demang Kudasewengi kehilangan pusaka yang jadi kebanggaannya, ia segera berusaha bagaimana caranya agar pusaka kebanggannya itu segera ditemukan kembali. Karena itulah Demang Kudasewengi segera minta bantuan kepada Sondong Makarti. .Dan anehnya, karena Sondong Makarti itu sahabat karip Sondong Majeruk, juga tahu bahwa yang mencuri pusaka milik Demang Kudasewengi itu adalah temannya sendiri, Sondong Makarti menyatakan sanggup membantu kepada Demang Kudasewengi untuk mencarikan pusaka yang hilang tersebut.
Berikutnya Sondong Makarti segera pergi ke tempat Sondong Majemk. Tujuannya yaitu untuk meminta pusaka rambut pinutung milik Demang Kudasewengi yang telah dicurinya. Namun setibanya di rumah Sondong Majeruk, Sondong Makarti melihat bahwa Sondong Majeruk sedang tertidur pulas dan di sampingnya terdapat pusaka rambut pinutung. Karena itu Sondong Makani tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ketika Sondong Majeruk masih dalam keadaan tertidur pulas, pusaka rambut pinutung yang ada disampingnya segera diambil oleh Sondong Makarti. Selanjutnya Sondong Makarti bergegas meninggalkan tempat.
Di saat Sondong Makarti menganbil pusaka kemudian meninggalkan tempat, Sondong Majemk terjaga dari tidurnya.. Tentu saja Sondong Majeruk tidak tinggal diam. Dikejamya Sondong Makarti hingga akhirnya terjadi perkelaian seru. Dan dalam perkelaian itu Sondong Majeruk terluka kemudian berusaha melarikan diri.
Karena lukanya terlalu parah, tiba di suatu tempat Sondong Majeruk ambruk kemudian meninggal dunia. Tempat ambruknya Sondong Majeruk tersebut ternyata persis berada di perbatasan antara wilayah Kawedanan Maguan dan Kademangan Kudasewengi. Oleh karena itu oleh penduduk yang mengetahui kematrian tersebut segera dilaporkan kepada Wedana Yuyu Rumpung juga Demang Kudasewengi. .
Mendapat laporan dari penduduk, baik Wedana Yuyu Rumpung maupun Demang Kudasewengi datang bersamaan. Tetapi setelah masing-masing mengetahui bahwa yang meninggal dunia tersebut adalah Sondong Majeruk, keduanya tidak mau mengakui bahwa Sondong Majeruk itu warganya.
Karena kedua pemimpin itu saling tidak mau mengakui, akhirnya disepakati untuk melakukan pembuktian guna bertaruh. Caranya, mayat Sondong Majemk diangkat kemudian didirikan tegak lurus. Apabila mayat tersebut ambruk ke arah timur, maka mayat Sondong Majemk harus dikubur oleh Wedana Yuyu Rumpung seorang diri. Sebaliknya bila ambruk ke arah barat, maka yang harus mengubur adalah Demang Kudasewengi seorang diri. Di saat mengubur mayat tersebut sang pengubur harus telanjang bulat.
Setelah diadakan pembuktian temyata mayat ambruk ke arah timur. Maka akhirnya mau tidak mau Wedana Yuyu Rumpung harus mau bertelanjang bulat dan mengubur mayat Sondong Majeruk seorang diri. Itulah akibat yang harus diterima oleh Yuyu Rumpung. Meskipun ia seorang Wedana, karena tindakannya sering keliru dan semena-mena, maka ia harus rela menanggung malu. Sementara pusaka rambut pinutung yang diharapkan untuk jatuh ke tangannya harus kembali kepada pemiliknya, yaitu Demang Kudasewengi. ( Oleh : Kus YS )
Pada suatu hari Yuyu Rumpung menghadap sang Adipati Parang Garuda di pendapa kabupaten. Tujuannya meminta izin kepada Sang Adipati agar tanah perdikan Jambangan yang dikuasai oleh Demang Kudasewengi dapat dimasukkan kedalam wilayah kawedanan Maguan. Temyata setelah menghadap kepada Sang Adipati Parang Garuda, maksud tersebut disetujui oleh Sang Adipati. Maka keesokan harinya Yuyu Rumpung segera datang ke Jambangan dan bertemu dengan Demang Kudasewengi. Maksud untuk meminta tanah perdikan Jambangan pun, disampaikan kepada Demang Kudasewengi.
Begitu mendengar ucapan Yuyu Rumpung, bahwa tanah perdikan Jambangan akan diminta oleh Yuyu Rumpung untuk dijadikan menjadi wilayah kawedanan Maguan, seketika itu juga Demang Kudasewengi menolak mentah-mentah. Setelah menerima penolakan secara terang-terangan itu, Wedana Yuyu Rumpung merasa terhina. Akhirnya terjadilan peperangan sengit antara Wedana Yuyu Rumpung dan Demang Kudasewengi. Dan dalam peperangan itu Yuyu Rumpung mengalami kekalahan. Adapun sebab kekalahan Yuyu Rumpung disebabkan karena Demang Kudasewengi memiliki pusaka ampuh yang disebut ”rambut pinutung".
Begitu menerima kekalahan dari Demang Kudasewengi, Wedana Yuyu Rumpung tidak tinggal diam. Ia segera meminta tolong kepada Sondong Majeruk untuk mencuri pusaka rambut pinutung yang dimiliki oleh Demang Kudasewengi. Atas permintaan dari Wedana Yuyu Rumpung itu, Sondong Majeruk tidak keberatan.
Karena Sondong Majeruk memang seorang yang terkenal sebagai pencuri ulung, dalam waktu tidak terlalu lama, pusaka rambut pinutung milik Kudasewengi sudah berhasil dicurinya. Untuk selanjutnya Sondong Majeruk akan segera menyerahkannya kepada Wedana Yuyu Rumpung.
Sementara itu, karena Demang Kudasewengi kehilangan pusaka yang jadi kebanggaannya, ia segera berusaha bagaimana caranya agar pusaka kebanggannya itu segera ditemukan kembali. Karena itulah Demang Kudasewengi segera minta bantuan kepada Sondong Makarti. .Dan anehnya, karena Sondong Makarti itu sahabat karip Sondong Majeruk, juga tahu bahwa yang mencuri pusaka milik Demang Kudasewengi itu adalah temannya sendiri, Sondong Makarti menyatakan sanggup membantu kepada Demang Kudasewengi untuk mencarikan pusaka yang hilang tersebut.
Berikutnya Sondong Makarti segera pergi ke tempat Sondong Majemk. Tujuannya yaitu untuk meminta pusaka rambut pinutung milik Demang Kudasewengi yang telah dicurinya. Namun setibanya di rumah Sondong Majeruk, Sondong Makarti melihat bahwa Sondong Majeruk sedang tertidur pulas dan di sampingnya terdapat pusaka rambut pinutung. Karena itu Sondong Makani tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ketika Sondong Majeruk masih dalam keadaan tertidur pulas, pusaka rambut pinutung yang ada disampingnya segera diambil oleh Sondong Makarti. Selanjutnya Sondong Makarti bergegas meninggalkan tempat.
Di saat Sondong Makarti menganbil pusaka kemudian meninggalkan tempat, Sondong Majemk terjaga dari tidurnya.. Tentu saja Sondong Majeruk tidak tinggal diam. Dikejamya Sondong Makarti hingga akhirnya terjadi perkelaian seru. Dan dalam perkelaian itu Sondong Majeruk terluka kemudian berusaha melarikan diri.
Karena lukanya terlalu parah, tiba di suatu tempat Sondong Majeruk ambruk kemudian meninggal dunia. Tempat ambruknya Sondong Majeruk tersebut ternyata persis berada di perbatasan antara wilayah Kawedanan Maguan dan Kademangan Kudasewengi. Oleh karena itu oleh penduduk yang mengetahui kematrian tersebut segera dilaporkan kepada Wedana Yuyu Rumpung juga Demang Kudasewengi. .
Mendapat laporan dari penduduk, baik Wedana Yuyu Rumpung maupun Demang Kudasewengi datang bersamaan. Tetapi setelah masing-masing mengetahui bahwa yang meninggal dunia tersebut adalah Sondong Majeruk, keduanya tidak mau mengakui bahwa Sondong Majeruk itu warganya.
Karena kedua pemimpin itu saling tidak mau mengakui, akhirnya disepakati untuk melakukan pembuktian guna bertaruh. Caranya, mayat Sondong Majemk diangkat kemudian didirikan tegak lurus. Apabila mayat tersebut ambruk ke arah timur, maka mayat Sondong Majemk harus dikubur oleh Wedana Yuyu Rumpung seorang diri. Sebaliknya bila ambruk ke arah barat, maka yang harus mengubur adalah Demang Kudasewengi seorang diri. Di saat mengubur mayat tersebut sang pengubur harus telanjang bulat.
Setelah diadakan pembuktian temyata mayat ambruk ke arah timur. Maka akhirnya mau tidak mau Wedana Yuyu Rumpung harus mau bertelanjang bulat dan mengubur mayat Sondong Majeruk seorang diri. Itulah akibat yang harus diterima oleh Yuyu Rumpung. Meskipun ia seorang Wedana, karena tindakannya sering keliru dan semena-mena, maka ia harus rela menanggung malu. Sementara pusaka rambut pinutung yang diharapkan untuk jatuh ke tangannya harus kembali kepada pemiliknya, yaitu Demang Kudasewengi. ( Oleh : Kus YS )
No comments:
Post a Comment