Gambar sampul hanya pemanis, meski sebenarnya orangnya pahit |
Cerita Rakyat dari Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang
Menurut cerita dari mulut ke mulut, sejak berabad-abad yang lalu wilayah kabupaten Rembang sudah merupakan sebuah wilayah kabupaten yang dipimpin oleh beberapa orang bupati, yang memerintah secara bergiliran dengan cara turun temurun. Salah seorang bupati yang terkenal namanya hingga sekarang adalah Bupati Pangeran Sido Laut. Semasa hidupnya Pangeran Sido Laut telah memiliki jasa yang luar biasa terhadap keberadaan rakyat di wilayah Kabupaten Rembang yang dipimpinnya.
Dalam masa pemerintahan Bupati Pangeran Sido Laut ini, wilayah Rembang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Hal ini dikarenakan pada saat itu, di samping Bupati Rembang yang bernama Pangeran Sidolaut itu, beliau adalah seorang yang perkasa, memiliki banyak kesaktian. Beliau juga memiliki para pembantu yang memiliki kesaktian luar biasa pula. Diantara para pembantunya yang luar biasa itu, tersebutlah kedua adiknya yang bernama Raden Bitingan dan Raden Pamot. Bagi kedua adiknya ini, setiap ada masalah atau hal-hal yang menyangkut kekuasaan Kabupatan Remabng, merekalah yang diajak bermusyawarah untuk menanggulanginya.
Selain mempunyai sepasang saudara yang dapat diharapkan bantuannya dalam memimpin rakyat, yaitu Raden Bitingan dan Raden Pamot, yang saat itu terkenal dengan sebutan Ki Ageng Bitingan dan Ki Ageng Pamot, Pangeran Sido Laut mempunyai seorang anak angkat bernama Surgi yang cerdas dan tangkas. Anak angkatnya itu dinobatkan sebagai seoran demang di desa Waru, yang kemudian terkenal dengan sebutan KI DEMANG WARU.
Pada suatu saat, ketika di musim kemarai, wilayah Kabupaten Rembang sedang dilanda kekeringan, datanglah seorang pengembara asing yang kemudian menetap di tengah hutan, yang terletak di sebelah selatan pusat pemerintahan Kabupaten Rembang. Pengembara asing tersebut bernama Pande Solang. Dan anehnya, dalam waktu dekat sang pengembara ini telah berhasil menghimpun beberapa orang warga di sekitarnya untuk menjadi pengikutnya. Hal ini disebabkan karena sang pengembara bernama Pande Solang itu memiliki banyak kesaktian dan ilmu pencak silat yang cukup tinggi. Warga sekitar yang telah dikenalnya kemudian dijadikan sebagai pengikutnya. Untuk selanjutnya dilatih serta diberi ilmu kesaktian yang dimilikinya.
Ruapnya setelah memiliki banyak pengikut dan bermukim di dalam hutan sebagai padepokan tetapnya, Pande Solang mulai memiliki niat yang kurang baik. Ia bersama pengikutnya bermaksud merebut kekuasaan Kabupaten Rembang yang dikuasai oleh Pangeran Sido Laut. Melihat gelagat ini, Pangeran Sido Laut tidak mau tinggal diam. Raden Bitingan dan Raden Pamot segera diajak berembug. Demi menjaga kewibawaan dan kekuasaan Pangeran Sido Laut, kedua adiknya ini segera dimintai bantuannya untuk menemui Pande Solang di padepokannya yang ada di tengah hutan itu. Bupati Sido Laut berpesan, tujuan Pande Solang untuk merebut kekuasaan Kabupaten Rembang itu supaya dibatalkan.
Tetapi maksud baik Raden Bitingan dan Raden Pamot untuk mengingatkan kepada Pande Solang ini tidak memperoleh tanggapan yang baik. Bahkan akibat dari peringatan yang dilakukan oleh kedua orang utusan dari Pangeran Sido Laut itu, oleh Pande Solang dianggap sebagai penghinaan. Akibatnya, terjadinya pertempuran tidak dapat dihindarkan. dan tragisnya lagi, nasib naas menimpa diri kedua utusan tersebut. Baik Raden Bitingan maupun Raden Pamot menemui ajalnya saat melakukan pertempuran melawan Pande Solang beserta para pengikutnya.
Melihat kenyataan ini, Pangeran Sido Laut merasa terpukul dan terlecehkan. Oleh sebab itu Pangeran Sido Laut selaku bupati segera memanggil anak angkatnya yang dinobatkan sebaga seorang demang di desa Waru, yaitu yang bernama Surgi. Setelah Surgi menghadap, sang Demang ini segera ditugaskan sebagai duta untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan gugurnya Raden Bitingan dan Raden Pamot.oleh Pande Solang.
Setelah Ki Demang Waru alias Surgi berangkat dan menghadap kepada Pande Solang di padepokannya yang berada di tengah hutan, yang terjadi bukan penyelesaian masalah. Kedatangan Ki Demang Waru ke padepokan Pande Solang melah menimbulkan peperangan baru. Pande Solang bersama para pengikutnya tidak mau menerima nasehat yang disampaikan oleh Ki Demang Waru untuk tetap tunduk pada kekuasaan Bupati Kabupaten Rembang. Nasehat itu ditolaknya mentah-mentah. Selain menolak mentah-mentah, Pande Solang bahkan sengaja memamerkan kebolehannya di hadapan Ki Demang Waru. Oleh Pande Solang bongkahan batu sebesar rumah sengaja diangkatnya tinggi-tinggi kemudian hendak dijatuhkan untuk menindih tubuh Ki Demang Waru.
Karena Ki Demang Waru juga bukan seorang yang remen, Ki Demang Waru juga segera menunjukkan kebolehannya dengan cara-cara yang lain. Yang terjadi berikutnya, perang tanding sesama jawara sakti tak dapat dihindarkan. Keduanya saling menunjukkan kemampuan masing-masing.
Rupanya, baik Pande Solang maupun Ki Demang Waru sama-sama merupakan dua orang yang sama-sama saktinya. Setelah pertandingan mengadu kesaktian berlangsung berhari-hari, akhirnya kesaktian Ki Demang Waru alias Surgi lebih unggul dari kesaktian yang dimiliki oleh Pande Solang. Terbukti setelah Pande Solang terpegang tangannya oleh Ki Demang Waru, Pande Solang segera dilempar ke udara kemudian tubuhnya jatuh tersungkur dan tewas dalam keadaan tertelungkup.
Atas kematian Pande Solang ini, sebagian pengikutnya segera takluk kepada Ki Demang Waru, dan menyatakan kesetiannya kepada Pangeran Sido Laut sebagai Bupati Rembang. Selanjutnya oleh Ki Demang Waru, bagi mereka yang tetap taat dan mengakui kekuasaan Bupati Rembang, tetap diijinkan hidup di padepokan itu. Lama kelamaan padepokan tersebut berubah menjadi sebuah desa yang diberi nama desa Sulang. Nama ini diambil sebagai kenangan bahwa tempat tersebut dulunya hanya sebuah padepokan milik Pande Solang.
Tetapi ada versi lain yang menceritakan bahwa pegikut Pande Solang bayak yang menyayangkan kematian dari tangan Ki Demang Waru. Pande Solang adalah seorang pesilat dan seorang guru yang berilmu tinggi. Tetapi sebelum sang guru erhasil menurunkan semua ilmunya, sang guru tersebut keburu meninggal dunia. Dalam bahasa Jawa "kesusu ilang" yang artinya mati. Maka tempat padepokannya setelah berubah menjadi desa dinamakan desa Sulang, berasal dari kata "kesusu ilang". Itulah cerita yang berkembang di Kecamatan Sulang yang tetap lestari hingga sekarang. (Kus, YS)
Oke, selesai. Terimakasih telah mampir, kami tunggu lagi kunjungannya dilain waktu.
Hints : Dongeng Rakyat, Cerita Rakyat, Rembang, Kabupaten Rembang, Kebudayaan, Budaya Rembang, Cerita Rakyat Kabupaten Rembang.
No comments:
Post a Comment